+62-361-426450 [email protected]

Narkoba adalah musuh bersama, tak terkecuali generasi muda. Dewasa ini, tak sedikit dari generasi muda yang terjerumus permasalahan narkoba. Padahal, generasi muda diharapkan bisa menjadi ujung tombak perubahan untuk membangun bangsa yang lebih baik. Berkaitan dengan hal itu, Himpunan Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi (terakreditasi) Universitas Dhyana Pura bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan organisasi SAYA Indonesia, menggelar Seminar berjudul “Mewaspadai Penyebaran Narkoba Secara Online” yang di gelar Senin (31/10).

Seminar yang dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor bidang Operasional Universitas Dhyana Pura (Undhira) Dr. I Wayan Ruspendi Junaedi., SE., MA. ini menghadirkan tiga pembicara tamu yakni Kepala BNN Propinsi Bali Brigjen. Polisi Drs. I Putu Gede Suastawa, SH.; Mayjen. TNI (pur) Wisnu Bawa Tenaya; dan Yusak Kathi, S.Psi.

Dalam sapaannya Dr. Wayan Ruspendi berharap akan lahir generasi bersih yang bebas rokok dan bebas narkoba, sehingga mampu membantu pemerintah dalam menyelamatkan generasi muda. Selain itu, Dr. Wayan Ruspendi juga mengungkapkan bahwa Undhira sebelumnya juga sudah sering mengadakan program bersama BNNP Bali untuk menciptakan kampus bersih, dan selalu melibatkan mahasiswa misalnya dengan tes urine yang rutin dilakukan oleh BNNP Bali. Namun untuk menjadi kampus bersih, Undhira yang berada ditengah masyarakat dan selalu ada saja peluang bagi pihak yang mempunyai kepentingan negatif. Untuk itu seluruh pihak harus siaga dalam melihat masalah ini, dan bersama-sama berkomitmen terus menciptakan kampus yang sebersih mungkin dari bahaya narkoba. “Diharapkan acara ini bisa melatih softskill mahasiswa untuk bisa mensosialisasikan pencegahan narkoba kepada rekan sebaya ataupun masyarakat,” Ujar Dr. Wayan Ruspendi.

Kepala BNN Propinsi Bali Brigadir Jenderal Polisi Drs. I Putu Gede Suastawa., SH menyampaikan dalam seminar bahwa berdasarkan data Rehabilitasi BNNP tahun 2016, Bali menduduki peringkat ke-4 dalam penyalahgunaan narkoba dan berdasarkan profesi prosentase yang cukup signifikan adalah pelajar/mahasiswa. Ada tiga faktor yang menyebabkan mahasiswa/pelajar menyalahgunakan narkoba yaitu faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor ketersediaan narkoba itu sendiri. Faktor Individu adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi mahasiswa yang cenderung masih labil seperti keinginan untuk coba-coba, bersenang-senang, sebagai alat untuk menghindari persoalan sesaat, mengikuti trend, agar diterima dalam satu grup/kelompok, serta pemahaman yang salah bahwa sesekali mencoba tidak masalah. Disampaikan juga beberapa sifat narkoba yaitu ingat masa lalu dan ingin kembali, menuntut untuk menggunakan lebih dan menciptakan ketergantungan. Dari sifat tersebut, akibat yang ditimbulkan apabila menjadi pecandu narkoba yaitu impotensi, berpikir tidak waras, dan mempercepat kematian.

Menanggapi kondisi tersebut, maka BNN melalui program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), terus berupaya menanggulangi masalah yang kian menjadi ancaman bagi kelangsungan generasi muda kita. BNNP Bali mengajak peran serta aktif generasi muda dalam P4GN yaitu dengan mengembangkan potensi diri, membentuk organisasi yang peduli tentang bahaya narkoba, aktif inovatif dalam berkarya, berjiwa mandiri dan bermanfaat bagi generasi yang luas, dan berani menolak ajakan teman yang bersifat negatif.

Pembicara dari organisasi SAYA yaitu Yusak Kathi, S.Psi menyampaikan bahwa bisnis transaksi narkoba bisa berkembang dimana saja karena mudahnya membuat situs dan jejaring online. Dalam dunia virtual, siapa saja bisa mengakses internet juga semakin mudah diakses secara global tanpa mengenal jarak atau batasan umur. “Situs internet yang juga tidak kalah riskan menjadi media penyebaran narkoba adalah situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya. Melalui jejaring sosial, pelaku sindikat narkoba akan berusaha mempengaruhi, merekrut konsumen baru dan memasarkannya dengan berbagai macam trik yg sifatnya mengimingi calon konsumen agar terjerat,” Ujar Yusak.

Globalisasi akan melindas bangsa-bangsa di dunia yang tidak memiliki karakter kuat. Untuk itu perlunya membangun karakter yang baik, melalui kebiasaan-kebiasaan baik. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki karakter, karena pembangunan karakter tidak memiliki proses akhir. Untuk itu, dengan adanya adanya pembelajaran karakter (Character Education) seperti program Tujuh Karakter Undhira yakni Kepercayaan Diri, Integritas, Keberagaman, Kewirausahaan, Kepemimpinan yang Melayani, Profesionalitas, dan Wawasan Mendunia—diharapkan mahasiswa mempunyai karakter dan pengendalian diri yang kuat membangun masa depan yang lebih baik tanpa narkoba atau hal-hal lain yang bersifat merusak.