+62-361-426450 [email protected]

Universitas Dhyana Pura (Undhira) kembali mengaplikasikan pilar keilmuan pariwisata berkeselarasan dan kesehatan berkelanjutan melalui program pengabdian masyarakat multi tahun di Desa Catur, Kintamani, Bangli. Program yang dimulai awal tahun 2017 ini fokus pada pengembangan Desa Catur sebagai desa wisata berbasis herbal. Di bulan Oktober ini, terlaksana dua kegiatan di Catur yaitu pelatihan pembuatan minyak dan lulur herbal dari tanaman rimpang dan daun-daunan lokal (9/10), serta trekking dengan mahasiswa program internasional Undhira (11/10).

Pelatihan pembuatan produk herbal merupakan rangkaian pemberdayaan warga Kelompok Wanita Tani (KWT) Subak Abian Wana Sari Kenjung yang memberikan pemahaman kepada anggota KWT potensi, manfaat, dan cara pengolahan berbagai tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Warga berlatih membuat produk olahan berupa minyak herbal dan lulur dari berbagai tumbuhan lokal, difasilitasi oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Undhira bekerja sama dengan Ir. Ida Ayu Rusmarini, MP. Rektor Undhira Dr. Made Nyandra yang hadir dalam pelatihan tersebut menegaskan, “Undhira berkomitmen di Catur untuk jangka panjang, bukan hanya satu dua hari saja, dan berharap kehadiran kami dapat memberi manfaat nyata bagi masyarakat desa.”

Di samping memberikan beberapa kali pelatihan, LP2M Undhira juga memfasilitasi 1.000 bibit tanaman obat bagi warga. Pada tahap kedua program, Undhira akan mendampingi warga hingga dapat menanam, memproduksi, mengemas, dan memasarkan produk olahan tanaman herbal mereka—termasuk membuat sulingan minyak atsiri. Perbekel Desa Catur, I Made Agus Antara, mengungkapkan apresiasi atas komitmen Undhira. “Perangkat desa Catur siap mendukung pengembangan Catur sebagai desa herbal dengan pendampingan Undhira,” tambahnya.

Di samping program desa herbal, Undhira juga berkomitmen mendampingi Desa Catur mewujudkan visi sebagai desa wisata. Biro internasional Undhira memulai dengan mengajak mahasiswa program internasional yang berasal dari Jerman, Jepang, dan Indonesia untuk trekking di Desa Catur. Mereka terkesan dengan beragam potensi wisata yang dijumpai di sana. “Banyak hal menarik di desa ini, dari pemandangan alam sampai kopi dan kue buatan ibu-ibu yang kami nikmati, dan hanya 90 menit dari Denpasar dengan jalan yang bagus,” ujar Leonie Schultz, salah seorang mahasiswa dari Heilbronn University Jerman.

Desa Catur memiliki potensi dasar menjadi desa wisata dengan empat daya tarik wisata berupa alam yang indah (ecotourism), budaya dan religi yang unik, perkebunan (agro tourism), dan yang wisata herbal yang sedang dikembangkan Undhira. Dari segi wisata alam, Catur memiliki beberapa air terjun, natural cave, dan pemandangan alam yang indah. Dari segi budaya dan religi, Catur memiliki keunikan karena memiliki pengaruh Hindu dan Budha yang hidup damai berdampingan. Di samping itu, kebun kopi arabika di Catur telah menghasilkan single origin specialty coffee dengan cita rasa yang jempolan. Desa Catur juga mudah diakses, berjarak tidak jauh dari Jembatan Tukad Bangkung dan dapat menjadi akses alternatif wisatawan yang menginap di Bali Selatan dan ingin mengunjungi daerah Kintamani. Undhira akan dengan serius mendampingi Desa Catur dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sebagai wujud visi keunggulan dan keteladanan yang diemban Undhira.