+62-361-426450 [email protected]

7 Karakter

Visi
Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan

Misi
Misi Universitas Dhyana Pura adalah sebagai pusat pembentukan manusia seutuhnya yang berkualitas secara akademis, berkarakter, professional, perilaku dan spiritual

Integritas

Salah satu faktor utama yang membuat kita gagal meraih kesuksesan sejati adalah hancurnya Integritas. Padahal integritas inilah yang menjadi syarat utama dan pertama yang akan mengantarkan kita meraih kesuksesan sejati. Nilai seseorang maupun masyarakat ditentukan oleh integritasnya. Semakin tinggi integritas yang dimilikinya, akan semakin tinggi nilainya dihadapan Tuhan maupun manusia. Sebaliknya, semakin rendah integritas seseorang atau suatu bangsa semakin merosot pula nilainya dihadapan Tuhan maupun manusia. Nilai inilah yang dalam kehidupan sosial sering disebut sebagai martabat. Maka seberapa tinggi martabat kita tergantung seberapa tinggi tingkat integritas kita masing-masing. Karenanya, tidak ada cara lain untuk menjaga martabat kecuali dengan memelihara integritas. Integritas dapat diartikan tidak ada kontradiksi antara pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan. Semuanya selaras dan sejalan.

Dalam bahasa Latin kata integritas adalah bulat dan berarti seluruh, penuh, secara keseluruhan. Kamus online Merriam-Webster mendefinisikan integritas sebagai keutuhan, kepatuhan terhadap prinsip-prinsip moral dan etika, verifikasi akan keutuhan karakter moral, kejujuran.

Menurut Kamus Kompetensi, Integritas (Integrity) adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk melakukan ini. Dengan kata lain, “satunya kata dengan perbuatan”. Mengkomunikasikan maksud, ide dan perasaan secara terbuka, jujur dan langsung sekalipun dalam negosiasi yang sulit dengan pihak lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 2001) integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran.

Filsuf Herb Shepherd (Antonius, 2002:135-136) menyebutkan integritas diri sebagai kesatuan yang mencakup empat nilai, yaitu perspektif (spiritual), otonomi (mental), keterkaitan sosial, dan tonus (fisik). George Sheehan menjabarkan integritas diri sebagai kesatuan empat peran, yaitu menjadi binatang yang baik (fisik), ahli pertukangan yang baik (mental), teman yang baik (sosial), dan orang suci (spiritual).

Sehingga dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa integritas merupakan suatu tindakan konsisten antara apa yang dipikirkan, yang dikatakan dan yang diperbuat sesuai dengan nilai-nilai dan aturan yang berlaku.

Percaya Diri

Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk menentukan arah dan tujuan hidup (Angelis, 1997). Selaras dengan pendapat Anthony (1992) kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir secara positif, memiliki kemandirian dan kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkannya. Percayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Percaya diri merupakan keyakinan dalam diri yang berupa anggapan dan perasaan bahwa dirinya dalam keadaan baik sehingga memungkinkan individu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan (Umar Totong, 2011). Menurut Angelis (1997:10) percaya diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia untuk menghadapi tantangan hidup apapun dengan berbuat sesuatu. Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan berfikir dan berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berfikir dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada didalam diri seseorang harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang lain (Hakim, 2002).

Seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri merupakan perilaku yang mencerminkan percaya diri (Lie, 2003).

Percaya diri merupakan dasar dari motivasi diri untuk berhasil. Agar termotivasi seseorang harus percaya diri. Seseorang yang mendapatkan ketenangan dan kepercayaan diri haruslah menginginkan dan termotivasi dirinya. Banyak orang yang mengalami kekurangan tetapi bangkit melampaui kekurangan sehingga benar-benar mengalahkan kemalangan dengan mempunyai kepercayaan diri dan motivasi untuk terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan. Sebagai contoh, Napoleon Bonaparte yang tinggi badannya hanya mencapai lima kaki dan dua inci. Tak satu haripun merasa pendek dan kerdil dihadapan lawan lawannya dan pasukannya. Namun, melihat dirinya menjadi raksasa diantara laki-laki lainnya, meskipun sebenarnya tidak demikian. Kepercayaan diri dan kebesaran hati membuatnya bersikap, bergaul, bersama orang lain dengan penuh percaya diri dan kemampuan menghadapi segala kesulitan dengan kepercayaan diri yang besar.

Kewirausahaan

An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resources to capitalze on those opportunities”. Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993).Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan. Intinya, seorang wirausaha adalah orang-orang yang memiliki karakter wirausaha dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan inovatif yang tinggi dalam hidupnya.

Selain itu, pengertian kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian kewirausahaan adalah sebuah proses mengkreasikan dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan waktu yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, resiko sosial, dan akan menerima reward berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian personal.

Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing

Keberagaman

Keberagaman/ Pluralisme sendiri berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu pluralism, dan berdasarkan dari wikipedia, pluralism mempunyai pengertian “Suatu kerangka interaksi yang mana setiap kelompok menampilkan rasa hormat dan toleran satu sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi (pembauran / pembiasan)”.

Dengan semakin beraneka ragamnya masyarakat dan budaya, sudah tentu setiap masing-masing individu masyarakat mempunyai keinginan yang berbeda-beda, dan hal tersebut bisa menimbulkan konflik diantara individu masyarakat tersebut, untuk itulah diperlukan paham pluralisme yang mengacu kepada pengertian toleransi, untuk mempersatukan kebhinekaan suatu masyarakat.

Apalagi bila kita melihat pedoman dari bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika, yang mempunyai pengertian berbeda-beda tetapi tetap menjadi satu, yang mengingatkan kita betapa pentingnya pluralisme untuk menjaga persatuan dari kebhinekaan bangsa, asalkan pengertian pluralisme adalah toleransi. Dimana pedoman itu telah tercantum pada lambang Negara kita yang didalamnya telah terangkum dasar Negara kita juga.

Pluralisme moral atau relativisme moral adalah titik berdiri konsep di mana orang percaya bahwa kebenaran atau pembenaran dari penilaian moral tidak mutlak, tetapi relatif terhadap beberapa kelompok orang yang berbeda. Tetapi tidak salah untuk beberapa pertimbangan menuju ke ketidaksepakatan tertentu yang diusulkan oleh orang orang dari budaya yang berbeda dan masyarakat yang berbeda pula. Orang-orang dari daerah yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda, struktur sosial, dan karakter yang berbeda, memiliki pandangan yang berbeda dengan cara berpikir dalam menghadapi hidup dan masalah mereka sendiri.

Setiap manusia memerlukan manusia lain dalam berbagai tingkatan kelembagaan. Karena adanya berbagai macam perbedaan itu muncul rasa saling menghormati dan toleransi yang mengakibatkan semakin kuatnya rasa pluralisme suatu masyarakat. Sehingga muncul kemudahan terhadap masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dengan dibantu oleh masyarakat lain sehingga muncul hubungan timbal balik antar sesama masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan hidupnya

Profesionalitas

Profesionalisme adalah keseluruhan sikap mental, perilaku, cara pandang, dan penampilan yang mencerminkan kemahiran, kompetensi, dan tingkat pencerahan suatu individu secara konsisten. Profesionalisme mencakup tujuan, komitmen, tanggung jawab, dan perilaku yang menunjukkan karakter sebuah profesi sebagaimana semestinya (Wisconsin Medical Society, 2003). Profesionalisme sebagai karakteristik pribadi terungkap dalam sikap dan pendekatan untuk suatu pekerjaan yang umumnya ditandai dengan kecerdasan, integritas, dan kematangan emosional (Chief Justice of Ontario, 2001).

Kata profesionalisme berasal dari Bahasa Latin fateor, yang berarti “memproklamasikan” atau dengan kata lain menyebarkan pengetahuan tentang sesuatu (Wisconsin Medical Society, 2003). Profesionalisme adalah manifestasi dari sikap optimal dan perilaku yang dianjurkan kepada individu-individu yang terpanggil dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu, biasanya yang mencakup kepentingan dan kesejahteraan banyak orang. Dua fitur yang paling mendasar dari profesionalisme adalah kepemilikan atas bidang pengetahuan dan keterampilan yang khusus serta komitmen untuk menggunakan pengetahuan ini untuk kebaikan (Kinsinger, 2005).

Salah satu hal yang diproklamasikan kepada masyarakat umum dalam profesionalisme adalah etika. Etika dan profesionalisme adalah dua hal yang terkait satu sama lain.

Semua profesional perlu memahami dan mempraktekkan etika dalam profesinya karena mereka berhubungan dengan kepentingan banyak orang dan mereka adalah orang yang disegani oleh masyarakat (Kinsinger, 2005). Semua pendidikan, keterampilan dan pengalaman khusus yang diperoleh insan-insan profesional harus diamalkan dan dilaksanakan dengan penuh etika dan tanggung jawab.

Profesionalisme itu selaras dengan perekonomian yang maju dan pemikiran yang kian terbuka. Pada umumnya, perekonomian yang paling makmur adalah perekonomian yang professional. Dalam perekonomian profesional, jasa dan pelayanan masyarakat menggantikan ekonomi yang bergantung pada pabrik produksi dan pertanian (Beaton, 2010). Masyarakat pada umumnya akan dapat pula menikmati manfaat profesionalisme dalam perekonomian melalui semakin tingginya standar kehidupan masyarakat. Profesionalisme dapat juga menciptakan peluang bisnis dan lapangan kerja baru, yang tentunya bermanfaat bagi perekonomian modern.

Kepemimpinan Melayani

Kepemimpinan suatu elemen yang memiliki peran yang sangat besar dalam suatu organsasi. Berbicara tentang seberapa pentingnya kepemimpinan, sama halnya dengan melihat gaya kepemimpinan seperti apa yang diterapkan dalam suatu oragisasi. Hal ini tentunya sangat bergantung pada karakteristik organisasi, tujuan organisasi, sistem nilai yang dianut oleh pemimpin dan anggota organisasi, serta karakter dari anggota (followers). Kepemimpinan sendiri memiliki fungsi sebagai pembangkit visi (visioning), pembangkit inspirasi (inspiring), menetapkan arahan (setting direction), membangun organisasi (building organisation). Bila kita lihat kerangka kerja kepemimpinan dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:

Melalui kerangka di atas dapat dilihat bahwa seorang leader selalu akan bersinggungan dengan anggotanya dan lingkungan/sistuasi di sekitarnya, oleh sebab itu seorang leader harus mampu memilih gaya kepemimpinan yang sesuai yang bisa menyesuaikan dengan situasi yang ada, menyatukan antara nilai-nilai yang ia miliki dengan anggota sehingga sinergi dalam oranisasi dapat tercapai yang akan bermuara pada tercapainya tujuan organsasi.

Di masa sekarang, teori dan pendekatan kepemimpinan tradisional sudah mulai ditinggalkan.Untuk menjawab kebutuhan persaingan dan pergerakan nilai di masayarakat, model kepemimpinan yang banyak diterapkan adalah model yang mampu menjawab tujuan oragnisasi dengan tetepa memperhatikan tingkat kesejahteraan anggotanya, sebagai suatu media penting pencapain tujuan organsasi.Adapun beberapa model-model kepemimpinan yang populer di masa sekarang ini adalah kepemimpinan transformasional (transformational leadership), kepemimpinan spiritual (spiritual leadership), dan kepemimpinan yang melayani (servant leadership).

Beberapa model tersebut dilihat lebih sesuai untuk menjawab tuntutan terhadap model/gaya kepemimpinan di era sekarang, yang mana model-model tersebut menunjukan bahwa pemimpin tidak lagi menjadi pusat dan elemen yang terpenting dalam suatu organisasi, melainkan anggotalah yang kini menjadi acuannya. Kinerja pemimpin tidak akan optimal bila tidak didukung oleh tingginya kinerja bawahan. Oleh karenanya pemimpin harus mampu mengembangkan bawahannya dengan baik.

Wawasan Global

Sikap mendunia merupakan sikap mental, perilaku dan cara pandang yang mencerminkan semakin luasnya pergaulan dan persaingan dunia namun sekaligus semakin sempitnya jarak ruang dan batas waktu antara satu komunitas dengan komunitas dunia lainnya. Ruang lingkup global adalah ruang lingkup yang meluas dan mendunia dimana setiap individu diharapkan untuk berpartisipasi dengan saling menghormati, tanpa rasa curiga satu sama lain.

Globalisasi adalah proses penduniaan yang meliputi penyebab, langkah-langkah, dan konsekuensi dari makin terintegrasinya masyarakat dunia melampaui batas negara dan budaya (Al-Rodhan & Stoudmann, 2006). Globalisasi merupakan suatu proses yang membuat dunia semakin sempit, jarak semakin pendek, dan segala sesuatu bergerak lebih cepat (Larsson, 2001). Hal ini berkaitan dengan kemudahan untuk berinteraksi antara satu orang dengan orang lain yang berada di belahan dunia yang lain. Globalisasi mencakup berbagai disiplin ilmu, masyarakat dan budaya dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun politik.

Konsep globalisasi menekankan integrasi, suatu standar internasional yang layak dan dapat diterima secara global melalui pertukaran antar negara atau antara banyak negara berdasarkan keberadaaan dan kedaulatan unit geografis suatu bangsa (Huang, 2006). Yang ditargetkan adalah perluasan dan penggalakan suatu pertukaran antar negara atau antara banyak negara untuk memungkinkan interaksi dan kerjasama dalam skala yang mendunia.