+62-361-426450 [email protected]

Danau Toba telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu destinasi wisata nasional, Dewan  Eksekutif  UNESCO  juga telah  menetapkan  kaldera  Danau  Toba menjadi UNESCO Global Geopark. Pemerintah telah menjadikan kawasan danau Toba sebagai Bali baru Indonesia. Perubahan tersebut akan memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat dan lingkungan kawasan Danau Toba. Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)  berupaya menggali dan menggumuli lebih dalam tentang pengaruh dan kekuatan wisata Danau Toba terhadap segala aspek kehidupan melalui sosialisasi secara daring & luring  bersama Universitas Dhyana Pura  (Undhira) dengan tema The Power of Tourism  atau kekuatan pariwisata pada Jumat 19 Maret 2021. Sosialisasi tersebut merupakan aksi setelah HKBP dan Undhira melakukan penandatangan kerjasama (MoU). Pengembangan wawasan pelayan dan warga gereja HKBP  di kawasan Danau Toba menjadi tujuan sosialisasi tersebut. Berkaca dari pengalaman pengembangan pariwisata di Bali maka sosialisasi yang di percayakan pelaksanaannya pada Biro Pembinaan & Distrik Kawasan Danau Toba bersama Undhira secara menyeluruh memaparkan “daya tarik yang dimiliki oleh pergerakan kepariwisataan.”

The multiplier effects of tourism“ dampak pengganda pariwisata dari segi sosial ekonomi dan ekologis yang dialami oleh kawasan wisata. Studi kasus Bali sebagai destinasi wisata yakni bagaimana mewujudkan efek pengganda.  Diambilkan contoh kawasan Bukit Jimbaran-Badung serta Nusa Penida – Klungkung yang dulu merupakan daerah kering tanpa penghuni oleh pelaku pariwisata bersama pemerintah berhasil direstorasi dan direklamasi menjadi destinasi wisata yang sangat menarik. Warga sekitar kawasan destinasi wisata harus bersiap akan dampak positif dan negatifnya. Demikian Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, Rektor Undhira memaparkan secara lugas dan transparan. Rai Utama mengajak semua peserta agar sebagai  warga kawasan Danau Toba harus bersiap dengan segala konsekwensi akan perubahannya.  “The power of story telling” destinasi wisata disamping memiliki kekuatan atau daya tarik visual ada kekuatan cerita untuk disampaikan pada wisatawan supaya mereka makin ingin tahu dan menumbuhkan imajinasi, apresiasi dan kecintaan terhadap suatu destinasi, dipaparkan oleh Drs. Mangku Nyoman Kandi, M.Ag., direktur Desa Wisata  Academy. Pendiri Desa Wisata Mas – Ubud Gianyar. Acara sosialisasi sessi pertama diikuti 94 peserta daring dan 50 peserta luring di gedung Raja Pontas Lumbantobing, Tarutung Tapanuli Utara, sangat antusias dalam menanggapai paparan  kedua narasumber tersebut.

Pada sesi dua The Power of Community dibawakan oleh Sidhi Bayu Turker, SH., M.Par., Ketua Program Studi D4 Manajemen Perhotelan Undhira. Sidhi menyampaikan bahwa pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat merupakan pariwisata yang mengedepankan kepentingan masyarakat dan berdampak serta melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaku aktif kegiatan wisata. Pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat menuntut keterkaitan dan kesediaan dari pihak-pihak terkait untuk berperan aktif. Pihak-pihak tersebut merupakan pemerintah, swasta, akademisi, media dan juga lembaga sosial masyarakat termasuk di dalamnya adalah gereja. Pengembangan pariwisata juga tidak lupa memperhatikan standar yang ditetapkan ASEAN. The Power of an Image, kekuatan gambar dan kesan yang diciptakan sebuah tempat wisata untuk dapat mempengaruhi keputusan seseorang berwisata. Image sebagai gambar dipaparkan pentingnya pemasaran dari “mata ke mata” sebagai kelanjutan dari “mulut ke mulut” dalam dunia pariwisata terutama bagi generasi milenial dan post milenial di era kini, serta image sebagai kesan disampaikan pentingnya menjaga citra/persepsi yang baik di mata wisatawan  dinarasumberi oleh Putu Chris Susanto, BA., MBA, M.Ed. Ketua Lembaga Penelitian, Pengabdian Masyarakat Undhira. Lebih lanjut Chris mengingatkan pentingnya menyediakan tempat wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisata konsumen. Terkait ketersediaan informasi, kemudahan mengakses informasi tempat wisata dimasa kini.

Pdt. Dr. Victorius Adventius Hamel pendeta Jemaat GKPB Dhyana Pura – Seminyak, Bali di sesi penutup menyampaikan “tourism and the church” atau pariwisata dan gereja. Pendeta Hamel menekankan pentingnya peran gereja khususnya HKBP, sebagai penggerak pariwisata di Danau Toba. Peran praktis gereja dalam membangun pariwisata Danau Toba dapat dilakukan melalui misi gereja dalam konteks bermasyarakat. Gereja dituntut lebih terbuka dan ikut memetakan tujuan wisata yang bisa dilakukan. Pendeta Hamel mengajak masyarakat, warga jemaat dan pengurus gereja membangun sistem pariwisata bersama. Sinergisitas komunitas iman yang ada di Bali  -gereja- dan pariwisata di Bali dalam hal tersebut yakni GKPB Jemaat Bukit Doa, sebuah gereja yang berada dikawasan Puja Mandala serta GKPB Jemaat Pniel Blimbingsari menjadi contoh destinasi wisata rohani yang kerap kali dikunjungi wisatawan yang berkunjung ke Bali.

Humas Undhira.